Matahari bagi bumi kita lebih dari sekedar sumber cahaya. Dia adalah hal yang sangat vital bagi segala macam kehidupan di bumi. Setiap hari, matahari memancarkan energi potensial yang sangat besar ke bumi. Sumber energi ini akan tersedia selama 5 miliar tahun lagi – secara terus-menerus, gratis, dan ramah lingkungan. Sebaliknya bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak bumi dan gas alam tersedia dengan jumlah terbatas.
Solar energy alias energi matahari bersama energi angin, air, biomassa dan minyak bumi digolongkan sebagai energi terbaharukan, dengan bahan baku tak terbatas. dengan beberapa cara, energi ini dapat diubah sehingga lebih bermanfaat, misalnya dengan pengumpul panas (solartherm) untuk memanaskan air dan dengan bantuan sel surya atau fotovoltaik untuk menghasilkan listrik.
Di Jerman, pasar teknologi solar berkembang dengan sangat dinamis dan menjadi salah faktor penggerak ekonomi. Dalam lima tahun terakhir, omset teknologi surya melonjak rata-rata 43 persen per tahun. Untuk tahun 2005, omsetnya diperkirakan sebesar 2,7 miliar euro.
Warga Jerman sendiri menganggap energi surya sebagai sumber energi yang paling dikehendaki. Dalam sebuah jajak pendapat oleh Emnid & Allensbach, sebanyak 98 warga setuju akan pemanfaatannya, dan 75 persen diantaranya bahkan ingin tinggal dalam rumah bertenaga surya.
Sekitar 700.000 rumah telah menggunakan pemanas tenaga surya untuk memanaskan air minum dan sebagai pemanas ruangan, dengan instalasi alat pengumpul panas seluas 6 juta meter persegi. Dan sebanyak 100.000 generator surya telah dipasang sebagai penghasil 700 megawatt listrik. Hingga tahun 2020, diperkirakan, 25 gigawatt listrik berasal dari energi surya. Hampir sejuta orang telah memanfaatkan sumber energi ini. Bersama Jepang, Jerman menjadi kampiun peghasil listrik tenaga surya di dunia.
Sel surya berbahan dasar silikon sendiri merupakan teknologi yang relatif baru. Teknologi ini mulai dihasilkan oleh Perusahaan Amerika, Bell tahun 1950-an dengan efisiensi 6 persen. Perkembangannya sangat pesat di beberapa dekade terakhir.
Meski terbilang baru, teknologi ini telah berperan sebagai motor penggerak tersedianya lapangan kerja. Lebih dari 30.000 orang bekerja di bagian produksi, distibusi dan instalasi sel surya di Jerman. Tahun lalu, bidang ini menyediakan sekitar 5.000 lapangan kerja baru. Dengan berkembangnya perusahaan pembuat sel surya di negara ini, diperkirakan dalam 15 tahun mendatang, sektor ini akan menjadi mata pencarian bagi 200.000 orang.
Namun, dibandingkan dengan sumber energi lainnya, pemanfaatan energi surya baru mencapai hampir 0,1 persen di negara ini. Penyebabnya adalah masih mahalnya pengadaan energi ini dibanding energi terbaharukan lainnya.
Gerhard Willeke, kepala bidang sel surya di Fraunhofer Institur für Solare Energiesysteme di Freiburg mengatakan bahwa dibutuhkan waktu sekitar 25 tahun membuat energi surya lebih berarti dalam skala nasional. “Jika orang tak memulai memproduksinya secara massala, harganya tak akan menjadi lebih murah,” kata Willeke. “Mungkin akan sangat terlambat, jika kita menunggu hingga minyak habis.”
*neraca*